OPTIMALISASI POTENSI BAMBU SEBAGAI PENGGANTI TULANGAN BAJA PADA BALOK TINGGI BETON BERTULANG BAMBU DITINJAU TERHADAP KAPASITAS GESER
OPTIMALISASI POTENSI BAMBU SEBAGAI PENGGANTI TULANGAN
BAJA PADA BALOK TINGGI BETON BERTULANG BAMBU DITINJAU TERHADAP KAPASITAS GESER
PKM –PENELITIAN
Ketua
Moh. Faisal Faris
E-mail: mfaisalfaris@gmail.com
Anggota
Azinuddin Al Hazmi (130521612586) / 2013
Vibri Bagus Remadhani (140521605501) /
2014
Widhi
Arifanda (150523607618) / 2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Dunia konstruksi menjadi salah satu penyebab kerusakan
alam melalui penggunaan material tidak ramah lingkungan. Diantaranya material
tambang yang banyak digunakan dalam konstruksi bangunan adalah baja. Penggunaan
baja pada bangunan diantaranya digunakan sebagai tulangan dalam beton. Perlu
diketauhi bahwa ketersediaan material baja semakin lama akan semakin berkurang
mengingat baja merupakan material hasil eksploitasi tambang yang tidak dapat
diperbaharui.
Dewasa
ini sudah banyak dilakukan penelitian mengenai penggunaan bambu sebagai
tulangan alternatif pengganti tulangan baja atau besi pada beton. Diantaranya
dilakukan oleh Suroso (2011), dan
Marsudi (2014) yang meneliti tentang balok beton bertulang bambu
dan menyimpulkan bahwa bambu sangat potensial digunakan sebagai tulangan
menggantikan tulangan baja.
Keuntungan penggunaan bambu dibandingkan baja diantaranya, bambu ramah lingkungan, mudah diperoleh, harganya ekonomis, mudah dalam
pelaksanaannya, memiliki kuat
tarik yang tinggi, dan perbandingan kekuatan dengan beratnya relatif besar. (Utomo, 2008).
Namun bambu juga memiliki kekurangan. Karena sifat
alamiah bambu sebagai material alam. Bambu memiliki sifat
higroskopis sehingga dalam kondisi basah,
bambu akan cepat menyerap air dalam beton. Sebaliknya dalam kondisi kering, bambu akan melepaskan air yang
menjadikan bambu menyusut dan timbul celah antara tulangan bambu dengan beton. Keraguan dalam penggunaan bambu sebagai
tulangan dapat diatasi dengan tulangan bambu yang
diberi perlakuan khusus yaitu dilapisi cat (water
proof) kemudian dilumuri pasir sehingga permukaannya kasar dapat
meningkatkan daya lekat terhadap beton (Ghavami,1995).
Pada balok tinggi kemungkinan terjadi geser lebih besar
sehingga perhitungan tulangan geser mutlak diperlukan apabila kapasitas geser
yang mampu ditahan beton lebih kecil dari kapasitas geser yang terjadi. Gaya
geser yang bekerja pada balok tinggi
dominan mengakibatkan
terjadinya kerusakan yang ditandai dengan retak pada bagian sekitar tumpuan.
Keretakan geser ini semakin lama akan semakin besar membentuk garis diagonal
menuju tengah bentang balok sehingga balok akan terbelah menjadi dua bagian. Bagian diatas
retak geser dan bagian dibawah retak geser. Tulangan yang mencegah terbelahnya
beton akibat adanya keretakan geser yaitu tulangan sengkang pada arah vertikal.
Dikarenakan tulangan sengkang berhubungan langsung dengan arah retakan geser
pada balok bertulang.
Basuki
(2006:36) Penulangan geser
(penulangan sengkang) menahan pembebanan geser (gaya lintang) yang bekerja pada
balok. Ada beberapa macam tulangan sengkang
pada balok, yaitu sengkang vertikal, sengkang spiral dan sengkang miring. Selama ini sering dijumpai sengkang sengkang vertikal dari material besi, hal ini
dikarenakan material besi mudah dibengkokkan. Namun tidak
menutup kemungkinan penggunaan sengkang besi diganti dengan alternatif sengkang
dari bambu. Bagian bambu yang berpotensi untuk digunakan menjadi sengkang
adalah bagian disekitar kulit. Daerah yang mendekati kulit bambu memiliki sifat
yang lebih lentur sehingga dapat mengurangi kemungkinan patah akibat proses
pembengkokan dalam pembuatan sengkang. Penggunaan bambu sebagai material
sengkang perlu diteliti lebih lanjut terhadap kapasitas dan kelayakannya untuk
menggantikan peran sengkang besi selama ini.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Permasalahan
dalam penelitian ini dirumuskan, sebagai berikut:
1) Berapa
beban puncak yang dapat ditahan oleh balok tinggi beton bertulang bambu dengan sengkang vertikal besi?
2) Berapa
beban puncak yang dapat ditahan oleh balok tinggi beton bertulang bambu dengan sengkang vertikal bambu?
3) Berapa
lendutan maksimal yang terjadi pada masing-masing balok tinggi beton bertulang bambu?
4) Bagaimana
pola keretakan pada balok
tinggi
beton bertulang bambu dengan
variasi jenis sengkang akibat pembebanan?
1.3 Tujuan Khusus Penelitian
Tujuan
penelitian adalah sebagai solusi dan pengetahuan, berkaitan dengan optimalisasi potensi bambu sebagai
material ramah lingkungan pengganti besi dan baja pada konstruksi bangunan, yang berpotensi
untuk diterapkan oleh masyarakat secara mudah dan praktis
dengan biaya yang relatif rendah.
1.4 Keutamaan dan Target Penemuan
Penelitian
Penelitian
ini terkonsentrasi dalam pengoptimalisaian
potensi bambu sebagai sengkang vertikal pada balok tinggi beton bertulang
bambu. Mengetauhi kelayakan penggunaan bambu sebagai material sengkang.
Ditinjau dari kapasitas geser balok, beban maksimal yang dapat ditahan balok,
lendutan yang terjadi pada balok, dan pola keretakaan
balok. Hasil penelitian tersebut diharapkan menjadi salah sumber informasi rujukan untuk penelitian lanjutan.
1.5 Manfaat terhadap Ilmu Pengetahuan
Hasil
penelitian akan memberikan kontribusi secara langsung bagi masyarakat karena
akan memunculkan inovasi material
yang lebih ramah lingkungan, ekonomis, dan praktis untuk diterapkan.
Selain
itu memacu peneliti lain untuk mengembangkan penelitian tersebut terhadap jenis
bahan yang lain, sehingga
akan menambah reverensi pengetauan
berkaitan penggunaan bambu sebagai material konstruksi dalan bangunan.
1.6 Luaran
yan Diharapkan
Luaran hasil penelitian yang diharapkan adalah karya ilmiah ini dapat
dipublikasikan secara luas dalam bentuk jurnal. Sehingga harapanya hasil
penelitian ini dapat dibaca dan diterapkan pada dunia konstruksi secara
menyeluruh. Upaya untuk melindungi inovasi dari penelitian ini dapat dilakukan
pengajuan untuk mendapatkan paten.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Bambu
dalam Beton
Penelitian
berkaitan penggunaan tulangan bambu dalam beton sebagai pengganti tulangan baja
konvensional telah banyak dilakukan, diantaranya seperti ditunjukan dalam tabel 2.1
Tabel
2.1
Penelitian Bambu Sebagai Tulangan Beton
No
|
Nama Penulis dan
Tahun
|
Judul Penelitian
|
Hasil Penelitian
|
1.
|
Dharma
Putra, dkk (2007)
|
Kapasitas
Lentur Plat Beton Bertulang Bambu
|
Bambu
dapat digunakan sebagai pengganti tulangan baja pada plat beton dalam menahan
gaya tarik.
|
2.
|
Hery
Suroso, dkk (2011)
|
Analisis
Bambu Walesan, Bambu Ampel, dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur
Beton Rumah Sederhana
|
Bambu
mempunyai peluang digunakan sebagai tulangan balok rumah sederhana.
|
3.
|
Tedy
Wanlele, dkk (2012)
|
Penerapan
Bambu sebagai Tulangan Dalam Struktur Rangka Batang Beton Bertulang
|
Rangka
batang dengan beton bertulang bambu cukup berpotensi untuk menggantikan
rangka batang kayu.
|
4.
|
Marsudi,
dkk (2014)
|
Modifikasi
Balok Beton Tulangan Komposit Guna Meningkatkan Daktilitas Pada Konstruksi
Bangunan Gedung
|
Balok
beton komposit dari pilinan dengan tulangan tarik dari pilinan bambu petung
dapat dijadikan material bahan bangunan pengganti besi beton.
|
2.1
Penelitian Terdahulu
Penelitian
yang dilakukan oleh Nirav,dkk
(2013),
tentang lentur pada balok
beton bertulang bambu dengan sengkang bambu dalam menahan beban puncak. yaitu: jumlah benda uji 3 ukuran balok 15x15x75
cm, menggunakan jenis sengkang vertikal
dari material bambu, dengan jarak sengkang 15cm. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa pemasangan penggunaan sengkang bambu dapat menahan beban hingga 31,5 kN dengan
lendutan 2 mm. Kerusakan yang terjadi pada balok rusak kombinasi geser dan lentur
Herry Suryadi, J. Adhijoso, dan
Jeffrey Mario (2015), melakukan penelitian tentang setudi eksperimental kuat geser balok terlentur
dengan tulangan bambu gombong, dengan ukuran benda uji balok 20x25x160 cm,
material sengkang bambu gombong, dengan variasi jenis sengkang vertikal jarak
10 cm dan sengkang miring 12 cm. Hasil pengujian balok menggalami kegagalan
struktur pada beban P=54,5 kN. Kegagalan yang terjadi akibat kombinasi geser
dan lentur. Kesimpulan bahwa geser sengkang vertikal bambu dapat meningkatkan
kuat geser.
Penggunaan
bambu dalam penelitian terdahulu membuktikan bambu berpotensi dalm menggantikan
peran besi dan baja dalam dunia konstruksi. Material bambu yang ekonomis dan
mudah dijumpai adalah pengembangan alternativ
kosntruksi yang baik yang dapat diaplikasikan secara sederhana oleh masyarakat
umum, dan memiliki kekuatan yang baik.
2.2
Kedudukan Penelitian terhadap
Penelitian Terdahulu
Penelitian
ini merupakan penelitian pengembangan dari penelitian yang terdahulu sebagai
sarana untuk mengetahui manfaat sengkang bambu sebagai bahan pengganti sengkang
besi konvensional. Perbedaan penelitian ini terletak pada bagian seperti pada
tabel 3.2
Tabel 3.2 Kedudukan Penilitian
Terhadap Penelitian Terdahulu
No
|
Indikator
|
Nirav dkk
|
Herry dkk
|
Faisal dkk
|
1.
|
Ukuran
Benda Uji
|
15
x 15 x 75 cm
|
20
x 25 x160cm
|
10
x 25 x 60 cm
|
2.
|
Jenis
Balok
|
Balok
Normal
|
Balok
Normal
|
Balok
Tinggi
|
3.
|
Material
Sengkang
|
Bambu
|
Bambu
Gombong
|
-
Besi Ø3
mm
-
Bambu Petung
□4x4mm
|
4.
|
Model
Sengkang
|
-
Sengkang Vertikal
|
-
- Sengkang Vertikal
-
- Sengkang Miring
|
Sengkang
Vertikal
|
5.
|
Jarak
Sengkang
|
-
15 cm
|
-
- 10 cm
-
- 12 cm
|
-Tumpuan 5
cm
-
Lapangan 7,5 cm
|
2.3
Geser
pada Balok Tinggi
Perencanaan geser pada
element struktur yang dikenai beban lentur didasarkan pada anggapan bahwa beton
menahan sebagian gaya geser, dan sisa kelebihan kekuatan geser ditahan oleh
tulangan geser. Jack (2003: 231) karena kekuatan tarik beton lebih kecil dari
kekuatan geser, sehingga keruntuhan akibat geser murni sangat jarang. Beton
akan runtuh dalam tarik sebelum kekuatan gesernya tercapai.
Menurut
Dewobroto (2005), perilaku keruntuhan yang dominan pada struktur balok pada
umumnya adalah lentur, hal tersebut akan terjadi apabila rasio bentang (L) dan
tinggi balok (h) cukup besar. Jika rasio L/h kecil, maka digolongkan sebagai
balok tinggi (deep beam), keruntuhan
geser dominan.
Dipohusodo (1994: 126) Geser pada balok tinggi ditentukan
pada hasil nilai perbandingan bentang geser (a) dengan tinggi efektif (d). Pada
balok tinggi dengan nilai a/d < 1, maka terjadi plengkung dimana setelah
terjadi retak miring, beban ditahan oleh
suatu gaya tekan membentuk plengkung
seperti pada gambar
Gambar 2.1 Efek Plengkung
Balok Tinggi
(Sumber: Dipohusodo, 1994:126)
Perencanaan
geser pada balok tinggi secara umum sama dengan balok normal. Namun, perlu diperhatikan untuk nilai Vu melebihi
ϕ Vc, maka harus dipasang tulangan geser untuk memperkuat, dimana tulangan
geser yang direncanakan dihitung dengan persamaan 14 sebagai berikut,
Dimana:
ln =
Bentang bersih (mm)
Av =
Luas penampang sengkang vertikal
(mm2)
Avh= Luas penampang sengkang horisontal (mm2)
S =
Jarak spasi sengkang vertikal (mm)
S2 = Jarak spasi sengkang horisontal
(mm)
d = Tinggi efektif penampang balok (mm)
2.1 Pola
Retak Balok Beton
Bertulang
Menurut McCormac (2003:175) menyatakan
bahwa keretakan yang terjadi pada beton bertulang dapat diakibatkan adanya
suatu penyusutan, perubahan temperatur, penurunan (sattlement), dan sebagainya. Pola keruntuhan yang berbeda-beda pada
elemen struktur balok dipengaruhi oleh perbandingan antara shear span (a) dengan effective
depth (d). Menurut McCormac (2003:175) menyatakan bahwa keretakan yang
terjadi pada beton bertulang dapat diakibatkan adanya suatu penyusutan,
perubahan temperatur, penurunan (sattlement),
dan sebagainya. Jenis retak yang mungkin terjadi pada beton, dapat dibedakan
sebagai berikut:
a) Retak
lentur adalah retak vertikal yang memanjang dari sisi tarik balok dan mengarah
ke atas sampai daerah sumbu netralnya.
b) Retak
geser-web adalah suatu retak miring
yang diakibatkan karena geser yang terjadi pada bagian web balok beton
bertulang baik sebagai retak bebas atau perpanjangan retak lentur. Retak ini
dapat terjadi pada penampang prategang, terutama penampang dengan flens yang
besar dan web yang tipis.
c) Retak
geser-lentur adalah salah jenis retak geser miring yang paling umum terjadi
pada elemen balok, terutama pada balok prategang dan non prategang.
d) Retak
puntir adalah salah satu jenis retak yang hampir mirip dengan retak geser
terkecuali retak puntir ini melingkar di sekeliling balok. Retak puntir ini
dapat dicontohkan pada sebuah batang beton tanpa tulangan yang menerima torsi
murni, batang tersebut akan retak dan runtuh di sepanjang garis spiral 450
karena tarik diagonal yang disebabkan oleh tegangan puntir.
e) Retak lekatan adalah
suatu jenis retakan yang terjadi antara beton dan tulangan yang diakibatkan
adanya pemisahan disepanjang tulangannya.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen (experiment
research) yang dilakukan dalam laboratorium dengan variabel jenis material sengkang
besi dan bambu. Alur pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
3.1 Benda Uji
Benda uji berupa balok
beton bertulang mutu rencana (fc’) = 30 Mpa, campuran 1 semen: 2 pasir: 3
kerikil, FAS 0,45 dan nilai slump
8-10 cm, sebanyak 6
buah. Dimensi balok
10 x 25 x 60 cm dengan tulangan profil untuk
tulangan dengan bentuk kotak
ukuran
□7x7
mm dan sengkang bambu □4x4 mm. Sengkang besi yang digunakan Ø3 cm, dengan jarak ¼ ln 5cm dan area lapangan dipasang sengkang
jarak 7,5 cm.
Gambar 3.1 Ukuran
benda uji dan profil baja siku
3.1 Peralatan yang digunakan
Alat utama yang
digunakan dalam pengujian benda uji adalah (1) UTM (universal testing machine) yang berada di Laboratorium Teknik Sipil
UM. (2) LVDT (linear variable
displacement tranducer) berfungsi untuk mengetauhi lendutan yang terjadi
pada balok benda uji atau bisa menggunakan dial
gauge. (3) Data logger berfungsi
membaca data hasi strain gauge yang
ditempatkan pada tulangan geser (sengkang). Pengujian benda uji dalam penelitian ini
menggunakan alat uji mesin uji tekan sesuai dengan standar pengujian SNI 2847,
Pembebanan dilakukan secara bertahap, dibaca lendutan yang terjadi, dan diamati
pola retak yang muncul.Pembebanan terus dilakukan sampai balok tidak lagi dapat
menahan beban.
Gambar
3.2 Mesin uji tekan dan proses pengujian
3.1 Parameter yang Diukur
Parameter
yang diukur dalam penelitian adalah, (1) Beban puncak yang dapat ditahan oleh
balok beton, (2) Lendutan yang
terjadi akibat pembebanan (3) Pola retak balok beton saat terjadi
pembebanan.
3.2 Analisis Data
Analisis
data hasil pengujian menggunakan dua jenis analisis yaitu analisa statistik
korelasi untuk mengetahui hubungan antara beban yang diberikan dengan lendutan
yang terjadi, dan analisa statistika untuk menghitung besarnya kapasitas geser yang terjadi pada
beton.
BAB
IV
BIAYA
DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Rekapitulasi Anggaran Biaya
Tabel
4.1 Kebutuhan dana penelitian
4.2 Jadwal Kegiatan
Perencanaan pelaksanaan
kegiatan penelitian direncanakan dalam 3 bulan,seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Perencanaan
Kegiatan
DAFTAR
PUSTAKA
Basuki, dan Hidayati, N. 2006. Tinjauan Kuat Geser Sengkang Alternatif dan Sengkang Konvensional pada
Balok Beton Bertulang. Surakarta: Universitas Muhamadyah Surakarta.
Dewobroto, W. 2005. Simulasi
Keruntuhan Balok Beton Bertulang Tanpa Sengkang dengan ADINATM.
Bandung: Institut Teknologi Nasional Bandung.
Dipohusodo, I. 1999. Struktur
Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03. Jakarta: PT.Gramedia Pusat
Utama.
Ghavami, K. 1995. Ultimate
Load Behaviour of Bamboo Reinforced Lightweight Concrete Beams Cement and
Concrete Composites. Brasil: Pontifica
University Catolica.
Marsudi, dkk. 2014. Modifikasi
balok Beton Komposit Tulangan Bambu Profil dari Lilitan Kawat Bendrat Guna
Meningkatkan Daktalitas dan Efisiensi Biaya untuk Konstruksi Bangunan Gedung.
Semarang: Politeknik Negeri Semarang.
Nirav, B Siddhpura, dkk. 2013. Experimental Study on Flexural Element Using Bamboo as reinforcement.
India: Savanjanik Collegen of Engeneering & Technology.
Putra, D. Dan Sedana, I.W. 2007. Kapasitas Lentur Plat Beton Bertulang Bambu. Denpasar: Universitas
Udayana.
Rohadi, Tri. 1996. Pengujian
Bahan Bangunan 2. Bandung: Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suroso, Hery, dan Widodo, A. 2011. Analisis Bambu Welasan, Bambu Ampel, dan Ranting Bambu Ampel sebagai
Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Utomo, M.B. 2008. Bambu
Sebagai Alternatif Pengganti Tulangan Beton pada Bangunan Sederhana.
Semarang: Politeknik Negeri Semarang.
Wonlele, T. dkk. 2013. Penerapan Bambu Sebagai Tulangan dalam Struktur Rangka Batang Beton
Bertulang. Malang: Universitas Brawijaya.
Comments
Post a Comment