Skip to main content

Smart Material Finishing For Eco-Friendly Building

Smart Material Finishing For Eco-Friendly Building
Moh. Faisal Faris (120521403381)
 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang 5 Malang 65145
Email: mfaisalfaris@gmail.com

ABSTRAK

Keseluruhan dari setiap bangunan mengharuskan bangunan tampak  indah untuk dinikmati selain tuntutan kenyamanaan. Tahapan terakhir dalam proses pembangunan untuk mewujudkan bangunan yang terlihat sempurna  melalui proses finishing. Salah satu material finishing yang sering digunaakan adalah cat. Penggunaan material  finishing tidak ramah lingkungan dalam bangunaan harus segera diminimalisir. Dampak yang dihasilkan dari penggunaan material ini dapat mengakibatkan kerusakan alam. Material tidak ramah lingkungan dapat disebabkan sifat material itu sendiri atau proses dalam pembuatannya. Seiring dengan perkembangan dunia teknologi teknologi mulai bermunculan material-material baru yang lebih sehat dan tidak berdampak negarif bagi lingkungan. Pemilihan material finishing dengan pemanfaatan material ramah lingkungan dan pengoptimalan fungsi penggunaannya dapat menjadi langkah cerdas dalam menjaga lingkungan . Selain itu penggunaan material bangunan yang tepat dapat dilakukan untuk menghemat sumber daya alam yang dipakai.  Hal ini memberikan dampak positif bagi dunia konstruksi untuk mendukung kelestarian lingkungan.

.
Kata kunci:  material finishing, ramah lingkungan

ABSTRACT

All of a building requires looks beautiful and can be enjoyed.. The latest process to create a building that looks perfect through is finishing process. One of the frequent with finishing material is paint. Use is not environmentally friendly finishing materials in the building title must be minimized. The impact resulting from the use of this material can lead to the destruction of nature. Materials may not be environmentally friendly due to the nature of the material it or in the manufacturing process. Along with the development of technology emerging technology of new materials that are healthier and do not impact negatively on the environment. Selection of finishing materials with environmentally friendly material utilization and optimization functions use can be a smart step in protecting the environment. In addition the use of appropriate building materials can be done to conserve natural resources used. This provides a positive impact on the world of construction to support environmental sustainability.

Keywords: finishing materials, sustanbility                                                                     



Pendahuluan

Pertumbuhan konstruksi bangunan dinegara berkembang seperti Indonesia semakin pesat. Hal ini berdampak positif dari segi perekonomian suatu negara. Disisi lain perkembangan pembangunan juga memberikan andil kerusakan lingkungan. Baik dalam pengunaan alat juga bahan. Pembangunan yang dilakukan tentunya membutuhkan material bahan bangunan  untuk pembangunaannya. Dunia kostruksi semakin berkembang dan tidak dapat dipungkiri berdampak kepada kelestarian alam. Salah satu penyumbang kerusakan alam adalah sektor  konstruksi. Seperti halnya eksploitasi mineral, alih fungsi lahan sebagai permukiman, berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH), pencemaran akibat limbah kostruksi, dan penggunaan material konstruksi yang tidak ramah lingkungan. Meskipun dampak dari penggunaan material tidak ramah lingkungan tidak signifikan seperti dampak alih fungsi lahan atau eksploitasi mineral, namun hal ini perlu dipertimbangkan. Penggunaan material bangunan yang ramah lingkungan dapat membantu menjaga kelestarian lingkungan. Pemanfaatan SDA dalam konstruksi khususnya material bangunan yang tidak dapat diperbaruhi cenderung tidak ramah lingkungan. Bahan bangunan itu sendiri disediakan dengan jumlah tertentu.Penggunaan material ramah lingkungan dalam bangunan merupakan perwujudan dari eco-friendly building yang tepat sesuai dengan konsep keberlanjutan (sustainable).
Konsep keberlanjutan sustainable merupakan keseimbangan pemeliharaan kelestarian alam dengan pemenuhan kebutuhan manusia. Sustainable sendiri diartikan oleh World Comission on Environment and Development tahun 1987 sebagai “pemenuhan kenutuhan pada saat sekarang tanpa merugikan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhannya” [1]. Proses pembangunan terdiri dari tahapan-tahapan salah satunya adalah tahap finishing. Bagian terakhir dalam proses pembangunan untuk mewujudkan bangunan yang terlihat sempurna  melalui proses finishing. Tujuan  dari pekerjaan finishing selain untuk tuntutan keindahan juga untuk menciptakan kenyaman sebuah bangunaan. Kenyamananan dapat diperoleh salah satunya dengan penggunaan material finishing. Terdapat banyak jenis material finishing kayu, keramik, cat, material insulation, wallpaper dll.

Metode Penelitian

                Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan artikel ilmiah ini adalah dengan analisa deskribtif dengan mendeskribsikan hasil penelitian yang sudah ada tanpa adanya pembuatan benda uji.  Langkah awal dalam memilih topik yang akan dibahas berdasarkan studi kasus. Kemudian mencari data pendukung melalui studi pustaka atau studi literature yang berkaitan. Studi literature digunakan untuk mengmpulkan data dari jurnal, prossiding, artikel ilmiah dan sumber lain yang relefan dengan judul artikel. Setelah pengumpulan literatur dilakukan kajian dan analisis berdasarkan permasalahan yang dibahas. Tahapan akhir adalah pengambilan kesimpulan yang mengacu pada teori yang digunakan.

Tinjauan Pustaka

A.Konsep Material Ramah lingkungan Sustainable

                Menurut data dari WHO (World Health Organisation), 30% bangunan gedung di Indonesia mengalami masalah kualitas udara dan ruangan. Untuk itu perlu digunakannyan suatu konsep bangunan yang ramah lingkungan. Konsep bangunan ramah lingkungan atau Eco-Friendly Building bangunan dapat dikatakan ramah lingkungan apabila menggunakan renewable resurces (sumber – sumber yang dapat diperbaharui). Menurut sudarwani(2010)”Eco-Friendly Building adalah suatu konsep untuk bangunan berkelanjutan”.
                Melihat sangat besarnya eksploitasi alam untuk material bahan bangunan, perlu dijadikan perhatian khusus untuk tetap menjaga kelestarian alam. Salah satunya adalah dengan konsep pembangunan berkelanjutan atau sustainable.  Konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable) menawarkan penyeimbangan antara pemeliharaan kelestarian alam dengan pemenuhan kebutuhan manusia.  Sustainable sendiri diartikan oleh World Comission on Environment and Development tahun 1987 sebagai “pemenuhan kebutuhan sekarang tanpa merugikan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka”. Konsep pembangunan sustainable ini ditandai dengan kesetabilan dengan pembatasan perubahan yang diakibatkan.
                Menurut Ponayotou (1994, hal 23) “pembangunan berkelanjutan adalah suatu ekspresi kesepakatan dan pengakuan bahwa pembangunan itu penting dan dari sebagai bentuk-bentuk yang memungkinkan, hanya keberlanjutan yang diharapkan”. Tujuan dari pembangunan berkelanjutan adalah : Meminimalkan penggunaan bahan dan energy, mencegah efek negative pada daya dukung lingkungan dan memenuhi kebutuhan manusia. Salah satu inti dari pembangunan berkelanjutan salah satunya dari segi penggunan bahan. Bahan yang ramah lingkungan adalah bahan yang ketersediaannya dapat diperbaharui dan tidak berdampak buruk pada lingkungan. Material dapat dikatakan ramah lingkungan apabila dalam proses baik produksi, distribusi dan penggunaan tidak berdampak buruk bagi kelestarian lingkungan. Selain itu material ramah lingkungan yang mengunakan konsep keberlanjutan mampu menjamin keberlangsungan dalam pemenuhannya.
               

B. Material Finishing Bangunan Ramah Lingkungan Saat Ini

                Menurut David (2007) “Material adalah sebuah masukan dalam produksi seringkali berupa barang mentah yang belum diproses, tetapi kadang kala diproses sebelum digunakan untuk proses produksi lebih lanjut”. Pengunaan material dalam suatu bangunan memegang hal penting terkait tujuan hemat energy dan ramah lingkungan. Material bahan bangunan ramah lingkungan juga disebut material ekologi. Ervianto (2010) menyatakan : material ekologis adalah yang bersumber dari alam dan tidak mengandung zat-zat yang menggangu kesehatan, misalnya batu alam, kayu, bambu, tanah liat. Bahan bangunan untuk finishing selain cat biasanya dianggap hijau termasuk kayu dari hutan, bahan bangunan cepat terbaharukan seperti jerami, bambu dan material daur ulang seperti Trass, wol domba, panel dari kertas, gabus,kayu piring serat, Linoleum (Sudarwani ; 2010)
                Pengunaan material bahan bangunan dalam proses pelaksanaan salah satunya proses finishing. Menurut subkiman, Anwar (2000) Finishing merupakan pekerjaan penyempurnaan bahan yang digunakan untuk melindungi permukaan bahan utama yang digunakan dan memperindah tampilan dengan warna, pola atau tekstur tertentu. Material finishing adalah material yang digunakan dalam proses finishing bertujuan untuk menambah nilai estetika atau keindahan. Contohnya cat, vernis, pelitur, melamin dll. Salah satu material bahan finishing bangunan yang sering digunakan adalah cat. Cat dikatakan aman dan ramah lingkungan apabila bahan pengencernya adalah air. Selain itu mudah diencerkan serta larut dalam air. Tak hanya menjadikan cat yang mudah kering, juga tidak menggangu kesehatan terutama penciuman dan pernafasaan (www.tabloidrumah.com).
                Bahan bagunan semakin berkembang pesat saat ini adapun teknologi dalam memilih bahan bangunan yaitu pengunaan bahan bangunan finishing dari material daur ulang. Hal ini terkadang masih dibayang-bayangi dengan peningkatan energy yang dibutuhkan pada saat pengumpulan dan pengolahan material itu kembali (scarlet; 1991, Scoot ; 1992). Beberapa material bahan bangunan yang sering dijumpai saat ini :

BAMBU
                Bambu adalah material yang tumbuh banyak di Indonesia. Secara umum sifat bambu ringan, lentur daya tahan sedang, cocok untuk daerah rawan gempa karena perbandingan berat dan ketahanya. Jenis bambu di Indonesia antara lain : bambu wulung, bambu petung, bambu ori, bambu apus. Dalam bangunan bambu yang memiliki diameter besar digunakan sebagai pemikul beban atau tiang penyangga. Kulit bambu dibilah kemudian dianyam (dijalin) menjadi gedeg yang sering digunakan untuk bahan finishing rumah-rumah tradisional sebagai penutup plafon, dan dinding. Saat ini bambu sudah dikembangkan menjadi bahan structural yang ramah lingkungan sebagai pengganti besi. Keawetan bambu dapat ditingkatkan dengan cara pengeringan dengan menjemur bambu untuk melepaskan kadar gula dan tepung. Selain itudapat dengan cara  pengawetan direndam dalam air yang mengalir.[2]

KAYU
                Kayu adalah salah satu material bahan bangunan yang dapat diperbaharui. Penggunaan dalam bangunan sebagai kolom,  atap, dinding, lantai, dan ornament dekoratif baik didalam maupun diluar bangunan. Selain itu rangkaian bilah kayu dapat digunakan sebagai kerai, plafond dan furniture. Teknologi kayu yang sudah ada yaitu penggunaan cara laminasi dengan menyusun lapisan bilah kayu kemudian diberi lem perekat untuk dijadikan dimensi tertentu, bilah kayu yang digunakan tidak harus kayu baru. Jenis kayu di Indonesia sangat banyak diantaranya : kayu jati, kayu kamper, kayu kruwing, kayu meranti, kayu kelapa, kayu mahoni, kayu akasia. Dengan didukung pemakaian kayu yang tepat dan pengolahan yang baik kayu dapat bertahan lama. Kelemahan bahan finishing kayu adalah mudah terbakar, mudah diserang serangga, rayap dan perusak kayu lainnya. Beberapa cara untuk mencegah kerusakan kayu dapat dilakukan dengan pelapisan kayu menggunakan cat, pengeringan, perendaman.[3]

SEMEN ASBES
                Semen asbes banyak digunakan dalam bangunan karena faktor ekonomis, fleksibel, dan praktis dalam pengerjaannya. Semen asbes dapat digunakan sebagai bahan finishing plafon, dinding, elemen pelindung matahari, dan furniture. Semen asbes tahan terhadap korosi dan api. Kekurangan dari bahan finishing ini adalah mudah pecah. Semen asbes dapat dibersihkan dengan caairan sulfur. Namun, ada indikasi serbuk –serbuk semen asbes tidak baik bagi kesehatan tubuh terutama bagi pernafasan. Bahan – bahan yang dapat merusak semen asbes diantaranya asam organic, minyak, lemak, tumbuh-tumbuhan, larutan garam, kondensansi air panas terus menerus,dan air yang agresif. [3]

C. Pemilihan Bahan Bangunan Finishing yang Ramah Lingkungan

                Pemilihan bahan bangunan adalah faktor yang terpenting dalam mendukung konsep sustainable (berkelanjutan). Keriteria pemilihan bangunan ini biasanya berdasarkan harga bahan tersebut tanpa memperhatikan dampak terhadap lingkungan. Untuk memudahkan analisa ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih bahan bangunan menurut Indira (2005) berikut faktor dan strategi dalam memilih material :
1.       Bangunan yang dapat dirancang dapat dipakai kembali dan memperhatikan sampah/buangan pada saat pemakaian.
2.       Bahan bangunan dapat dipakai kembali.
3.       Keaslian material.
4.       Energi yang dibutuhkan.
5.       Produksi material.
6.       Efek racun dari material.
7.       Memprioritaskan material alami.
8.       Mempertimbangkan durabilitas dan umur produk.

Hasil Pembahasan

                Pengunaan material ramah lingkungan di Indonesia masih mini. Pada dasarnya masyarakat atau konsumen lebih memilih bahan bangunan finishing yang praktis dan ketersediaannya banyak. Selain itu segi ekonomis dan perawatan yang mudah paska pemasangan menjadi salah satu penyebabnya. Bahan material finishing dari alam sangat baik digunakan dalam bangunan yang terdapat didaerah beriklim tropis seperti Indonesia. Dikarenakan sifat-sifat material alam, selain itu material ekologis juga memiliki nilai arstiktik. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat muncul metode-metode perawatan untuk meningkatkan usia pakai suatu material bahan bangunan yang ramah lingkungan dari alam. Metode perawatan material bahan bangunan yang ramah lingkungan disesuaikan dengan jenis bahan bangunan itu sendiri, missal jenis bambu dan kayu perawatan yang dapat digunakan antara lain dengan perendaman dalam air, penjemuran dibawah terik matahari, pengovenan dengan suhu tertentu dan pelapisan permukaan baik kayu maupun bambu. Pelapisan material bahan finishing seperti cat, melamin, plitur dll. Namun pada penerapannya bahan bangunan ramah lingkungan cenderung diabaikan. Sebagai contoh rumah-rumah dikawasan perkotaaan, perumahaan, real estate.

                   Seperti data dari hasil survey yang dilakukan (uniek : 2011) “ dari seratus dua puluh responden penghuni rumah tinggal yang tersebar dibeberapa lingkungan perumahan atau real eatate di Surabaya dan sekitarnya, menunjukan bahwa 60% bahan finishing penutup plafon gypsum, 20% menggunakan eternity dan 20% menggunakan kayu,lumbersering, dan assbes. Sedangkan untuk bahan penutup atap 99% responden menggunakan genteng beton, 80% menggunakan genteng , dan 15% menggunakan dak beton. Dan untuk bahan finishing lantai hasil survei menunjukan 90% responden menggunakan keramik, dan 10%  mengunakan marmer, parket, dan granit. Hasil survey untuk bahan finishing dinding hampir 100% masyarakat menggunakan cat, tidak ada yang menunjukan penggunaan material alami”.

                             Data kedua sebagai pembanding diperoleh dari hasil survei dilokasi bantaran kali code Yogyakarta, Hasil survei menunjukan data yang berbeda terdapat 40% dari rumah tinggal didaerah ini masih menggunakan metode tradisional. Material bahan bangunan yang digunakan berasal dari alam seperti kayu, bambu meskipun ada sebagian yang menggunakan beton. Pada daerah bantaran kali code masih dapat ditemui penggunaan material finishing bangunan yang ramah lingkungan. Penggunaan bambu yang dianyam atau jalinan bambu (gedeg) masih dapat ditemui. Hal tampak lebih asri. Nyaman dan ramah lingkungan. Fakta menunjukan jika saat terjadi gempa di Yogjakarta 2006, banyak bangunan dari dinding beton, batu bata yang retak bahkan rubuh, tetapi rumah tinggal dikawasan kali code tidak mengalami kerusakan yang berarti.


Pengunaan material ramah lingkungan yang menutamakan konsep keberlanjutan dalam masyarakat masih terkendala dari kesadaran masyarakat itu sendiri. Seluruh material bahan bangunan baik kayu, baja, bambu, dan semen asbes. Masih memerlukan material finishing penutup. Penggunan bahan bangunan dari sisi non structural seperti material finishing bangunan juga demikian meskipun dalam penerapannya ada namun jumlahnya sangat sedikit. Seperti dari data diatas 100% masyarakat reponden menjawab menggunakan bahan finishing dinding cat. Penggunan cat sebagai pelapis luar juga dapat berdampak buruk terlebih cat yang tidak ramah lingkungan. Bahan yang tidak ramah lingkungan mengandung toxic atau bersifat karsinogenetikl pemicu kangker. Banyak cat yang tidak ramah lingkungan yaitu dengan adanya kandungan timbale (Pb), Merkuri, VOC ( Volatile Organic Compound) yang tinggi. Cat atau bahan finishing permukaan yang dalam proses penggunaannya mengunakan bahan tambahann thiner jelas meliliki toxin atau racun. Selain itu dampak buruk dari menghirup cat yang tidak ramah lingkungan adalah seranga pusing, mual, muntah, sesak nafas, dan mata pedih. Bahakan bahaya cat yang tidak ramah lingkungan dapat menyebabkan keguguran pada ibu hamil.  Penting untuk memperhatikan penggunan cat yang rendah kadar VOC atau ramah lingkungan.

                Syarat produk material finishing cat ramah lingkungan dapat dilihat dari adanya hasil uji bahan yang menyatakan cat tersebut ramah lingkungan. Singapore Green Schemes adalah salah satunya. SGLS sudah diakui secara internasional. Green Label yang ada pada produk material finishing dikeluarkan Singapore Environment Council. Setiap bahan bagunan memiliki salah banyak komponen, salah satu yang pasti dipertimbangkan adalah aspek estetika atau keindahan. Material finishing cat untuk menambah keindahan selama ini menjadi pilihan. Alternatif lain untuk mengurangi pengunaan bahan bangunan cat yang tidak ramah lingkungan adalah beralih ke bahan finishing cat ramah lingkungan atau beralih kebahan lain. Bahan yang dapat menjadi alternatif untuk digunakan sebagai pengganti cat tidak ramah lingkungan adalah material kayu, dan wallpaper. Penggunaan wallparer yang berbahan dasar kertas dari kayu dapat menjamin keberadaan. Selain itu proses pengunaan tergolong praktis dan dapat disesuaikan dengan keinginan pengguna. Dari sisi lingkungan penggunaan wallpaper dalam bangunan sudah tidak asing khususnya pada daerah perkotaan masyarakat cenderung memilih wallpaper sebagai bahan finishing dinding karena dapat diperbaruhi diganti dengan yang baru sesuai dengan keinginan konsumen. Selain itu material kayu daur ulang juga dapat digunakan sebagai bahan finishing yang ramah lingkungan.

Rekomendasi

                Setelah melakukan pembahasan mengenai penggunaan material finishing bahan bangunan ramah lingkungan terdapat  beberapa rekomendasi bagi masyarakat pengguna. Penggunaan bahan bangunan yang ramah lingkungan harus diperhatikan lebih kusus terlebih saat perawatan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemanfaatannya, penggunaan yang perlu ditinjau untuk peruntukan agar lebih bermanfaat. Material alternatif dapat digunakan dengan memperhatikan syarat dan ketentuan penggunaan. Seperti melakukan perawatan dan treatment sebelelum digunakan. Hal ini tidak boleh diabaikan dikarenakan dampaknya adalah kualitas bahan yang tidak akan sesuai. Wallpaper dapat digunakan untuk mempercepat proses pekerjaan, selain itu material finishing dari wallpaper ramah lingkungan, praktis dan ekonomis. Penggunaan material finishing yang ramah lingkungan menjadi wujud peran serta kita dalam menjaga keberlangsungan kehidupan bagi anak cucu kita.

Kesimpulan

                Konsep Eco – Friendly Building  mencangkup pereancanagan, pelaksanaan dan penggunaan. Hal ini menjadi upaya untuk menjaga penggunaan material bangunan yang tepat dapat dilakukan untuk menghemat sumber daya alam yang dipakai. Dampak positif bagi dunia konstruksi untuk mendukung kelestarian lingkungan.  Penggunaan material yang tidak ramah lingkungan dan tidak memperhatikan keberlanjutan dapat berdampak buruk bagi manusia. Hal ini harus dibatasi dan diminimalisasikan agar dampak buruk dari penggunaan material bangunan yang tidak ramah lingkungan dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable) menawarkan penyeimbangan antara pemeliharaan kelestarian alam dengan pemenuhan kebutuhan manusia sehingga kekayaan alam dan kelestarian lingkungan dapat dijaga.
                Kemajuan teknologi seperti sekarang ini menjadikan bahan bangunan local atau tradisional memiliki potensi untuk dikembangkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sejauh bahan baku yang digunakan tidak merusak alam penggunaan teknologi justru dapat medukung kelangsungan pemanfaatan bahan bangunan itu sendiri. Sampai saat ini, Terdapat banyak teknologi yang telah dikembangkan untuk menciptakan material baru yang ramah lingkungan, Namun, Penggunaan material finishing dalam bangunan yang ramah lingkungan masih minim. Hal ini disebabkan adanya persepsi masyarakat bahwa ekonomis dan praktis adalah hal yang terpenting dalam pengunaan material bahan finishing bangunan. Selain itu bahan bangunan local dinilai masih memiliki kekurangan dari segi keawetan.

Daftar Pustaka


[1].       Siagina.,  Bahan Bangunan yang Ramah Lingkungan (salah satu aspek penting dalam konsep Sustainable Development), Jurnal, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara, 2005.
[2].       Sukawi.,  Pemberdayaan Bambu sebagai Bangunan Perumahan yang Ekologis, Jurnal ilmiah Eprint, Universitas Diponegoro, Semarang, 2008.
[3].       UniekStudi tentang Kecenduerungan Pemilihan Bahan Bangunan untuk Beberapa Rumah Tinggal di Surabaya. Dalam Mata Kuliah Teknologi Bahan Bangunan, Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2011
Dianita, Sucipto, dkk. (2010). Analisa Pemilihan Material Bangunan dalam Mewujudkan Green Building studi kasus gedung kantor perwakilan bank Indonesia Solo). Jurnal, Universitas Sebelas Maret. Semarang.
Fransisca (2013). Implementasi Green Desing dengan konsep Nature pada Perancangan Interior Green Product Center di Surabaya. Jurnal  . Universitas Kristen Petra. Surabaya.
Pearce, Anne (1998). Sustainable Building Materia A Primer, Georgia Tech Research Institute.
Sudarwani (2010). Penerapan Green Architecture dan Green Building Sebagai Upaya Pencapaian Sustainable Architecture. Jurnal  . Universitas Kristen Petra. Surabaya.
Wardhono, Uniek (2011). Fenomena Pemilihan Bahan Bangunan Pada Hunia Di Surabaya dan Permukiman di Kali Code. Jurnal Arsitektur KOMPOSISI. Universitas 17 Agustus Surabaya. Surabaya.
Tabloid Rumah (25/12/2009). Mau Aman Pilih Cat Ramah Lingkungan.. dipeoleh 06 Juli 2015 dari http://www.tabloidrumah.com/2014/05/28/mau-aman-pilihlah-cat-ramah-lingkungan/
Bintang Home (04/04/2012). Tren Material Bahan Bangunan Ramah Lingkungan. dipeoleh 07 Juli 2015 dari http://www.bintanghome.com/rubrik-utama/tematik/987-tren-material-bahan-bangunan-ramah-lingkungan.html








Comments

  1. Kasihan kamu, tidak terawat...
    majikanmu sedang sibuk dengan anak asuhnya yg sebelah ==> http://faisal-faris.blogspot.co.id

    ReplyDelete
  2. Baja juga termasuk bahan finishing yang bisa di daur ulang kembali

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

”Kenyamanan Termal Ruang Terbuka Hijau Di Kota Malang” Studi Kasus Taman Merjosari

APRESIASI DESAIN KARYA ARSITEKTUR ”JHL SOLITAIRE HOTEL Serpong Tangerang”

APRESIASI DESAIN KARYA ARSITEKTUR  ”JHL SOLITAIRE HOTEL Serpong Tangerang” Oleh Moh.Faisal Faris.Magister Arsitektur - Universitas Merdeka Malang A. Pendahuluan Setiap desainer dalam membuat sebuah karya tidak terlepas dari tujuan dan pesan yang ingin disampaikan, baik kepada pengguna atau bahkan penikmat sebuah karya. Tidak terkecuali sebuah hasil karya arsitektur. Apresiasi karya arsitektur merupakan upaya memberikan penghargaan terhadap objek yang dilakukan pengamatan baik sebagian atau menyeluruh. Arsitektur sebagai sebuah sajian bangunan yang dapat menghasilkan kesan dan suasana dapat diapresiasi dengan menggunakan alat indra dari seorang apresiator. Penggunaan alat indra sebagai salah satu media dalam memberikan nilai atau apresiasi tidak dipungkiri memiliki keterbatasan dan subjektifitas yang berbeda-beda satu sama lain. Sehingga perlu adanya alat bantu dalam upaya memberikan apresiasi yang sesuai dan menggambarkan yang mewakili kondisi sebenarnya. Subjektifitas ha...

JEMBATAN JARIK LURIK (Jembatan Awet Ringan Kokoh Laminasi Bambu Ori Kekang)

JEMBATAN JARIK LURIK (Jembatan Awet Ringan Kokoh Laminasi Bambu Ori Kekang) Moh.F a isal Fa ris 1 , Azwar Pahmi 2 , Arswendy Primadianto 3 , Yogie Ervanata 4 dan Dody Surya Laksana 5 1,2,3,4,5 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri Malang, Jl.Semarang 5 Malang ABSTRAK Jembatan adalah suatu konstruksi yang dibuat untuk menghubungkan jalur transportasi yang terputus akibat adanya suatu rintangan. Salah satu jenis jembatan adalah jembatan beton. Jembatan Jarik Lurik adalah jembatan beton  ringan untuk pejalan kaki. Tipe Deck type girder jembatan gelagar dengan pelat lantai diletakkan diatas gelagar sebagai konstruksi utama . Jembatan Jarik Lurik juga ramah lingkungan dengan bahan tambahan busa klerak, tulangan laminasi bambu ori dan desain yang berwawasan budaya nasional. Pengekang pada balok gelagar area jalur tekan (confaimen) yaitu model perlakuan kusus untuk beton dengan fc yang rendah. Penambahan pengekan dapat merubah pola keruntuhan pada balok gelagar....