Smart
Material Finishing For Eco-Friendly Building
Moh. Faisal Faris (120521403381)
Mahasiswa Jurusan
Teknik Sipil Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang 5 Malang 65145
Email: mfaisalfaris@gmail.com
ABSTRAK
Keseluruhan
dari setiap bangunan mengharuskan bangunan tampak indah untuk dinikmati selain tuntutan
kenyamanaan. Tahapan terakhir dalam proses pembangunan untuk mewujudkan bangunan
yang terlihat sempurna melalui proses finishing.
Salah satu material finishing yang sering digunaakan adalah cat. Penggunaan
material finishing tidak ramah
lingkungan dalam bangunaan harus segera diminimalisir. Dampak yang dihasilkan
dari penggunaan material ini dapat mengakibatkan kerusakan alam. Material tidak
ramah lingkungan dapat disebabkan sifat material itu sendiri atau proses dalam
pembuatannya. Seiring dengan perkembangan dunia teknologi teknologi mulai bermunculan
material-material baru yang lebih sehat dan tidak berdampak negarif bagi
lingkungan. Pemilihan material finishing dengan pemanfaatan material
ramah lingkungan dan pengoptimalan fungsi penggunaannya dapat menjadi langkah
cerdas dalam menjaga lingkungan . Selain itu penggunaan material bangunan yang
tepat dapat dilakukan untuk menghemat sumber daya alam yang dipakai. Hal ini memberikan dampak positif bagi dunia
konstruksi untuk mendukung kelestarian lingkungan.
.
Kata kunci: material
finishing, ramah lingkungan
ABSTRACT
All of a building requires looks beautiful and can
be enjoyed.. The latest process to create a building that looks perfect through
is finishing process. One of the frequent with finishing material is paint. Use
is not environmentally friendly finishing materials in the building title must
be minimized. The impact resulting from the use of this material can lead to
the destruction of nature. Materials may not be environmentally friendly due to
the nature of the material it or in the manufacturing process. Along with the
development of technology emerging technology of new materials that are
healthier and do not impact negatively on the environment. Selection of
finishing materials with environmentally friendly material utilization and
optimization functions use can be a smart step in protecting the environment.
In addition the use of appropriate building materials can be done to conserve
natural resources used. This provides a positive impact on the world of
construction to support environmental sustainability.
Keywords: finishing materials, sustanbility
Pendahuluan
Pertumbuhan konstruksi bangunan dinegara berkembang
seperti Indonesia semakin pesat. Hal ini berdampak positif dari segi
perekonomian suatu negara. Disisi lain perkembangan pembangunan juga memberikan
andil kerusakan lingkungan. Baik dalam pengunaan alat juga bahan. Pembangunan
yang dilakukan tentunya membutuhkan material bahan bangunan untuk pembangunaannya. Dunia kostruksi semakin berkembang dan tidak dapat
dipungkiri berdampak kepada kelestarian alam. Salah satu penyumbang kerusakan alam adalah
sektor konstruksi. Seperti halnya
eksploitasi mineral, alih fungsi lahan sebagai permukiman, berkurangnya ruang
terbuka hijau (RTH), pencemaran akibat limbah kostruksi, dan penggunaan
material konstruksi yang tidak ramah lingkungan. Meskipun dampak dari
penggunaan material tidak ramah lingkungan tidak signifikan seperti dampak alih
fungsi lahan atau eksploitasi mineral, namun hal ini perlu dipertimbangkan.
Penggunaan material bangunan yang ramah lingkungan dapat membantu menjaga
kelestarian lingkungan. Pemanfaatan SDA dalam konstruksi khususnya material
bangunan yang tidak dapat diperbaruhi cenderung tidak ramah lingkungan. Bahan
bangunan itu sendiri disediakan dengan jumlah tertentu.Penggunaan material
ramah lingkungan dalam bangunan merupakan perwujudan dari eco-friendly
building yang tepat sesuai dengan konsep keberlanjutan (sustainable).
Konsep keberlanjutan sustainable merupakan
keseimbangan pemeliharaan kelestarian alam dengan pemenuhan kebutuhan manusia.
Sustainable sendiri diartikan oleh World Comission on Environment and
Development tahun 1987 sebagai “pemenuhan kenutuhan pada saat sekarang tanpa
merugikan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhannya” [1]. Proses
pembangunan terdiri dari tahapan-tahapan salah satunya adalah tahap finishing. Bagian
terakhir dalam proses pembangunan untuk mewujudkan bangunan yang terlihat
sempurna melalui proses finishing.
Tujuan dari pekerjaan finishing selain
untuk tuntutan keindahan juga untuk menciptakan kenyaman sebuah bangunaan.
Kenyamananan dapat diperoleh salah satunya dengan penggunaan material
finishing. Terdapat banyak jenis material finishing kayu, keramik, cat,
material insulation, wallpaper dll.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
dalam penulisan artikel ilmiah ini adalah dengan analisa deskribtif dengan mendeskribsikan
hasil penelitian yang sudah ada tanpa adanya pembuatan benda uji. Langkah awal dalam memilih topik yang akan
dibahas berdasarkan studi kasus. Kemudian mencari data pendukung melalui studi
pustaka atau studi literature yang berkaitan. Studi literature digunakan untuk
mengmpulkan data dari jurnal, prossiding, artikel ilmiah dan sumber lain yang
relefan dengan judul artikel. Setelah pengumpulan literatur dilakukan kajian dan
analisis berdasarkan permasalahan yang dibahas. Tahapan akhir adalah
pengambilan kesimpulan yang mengacu pada teori yang digunakan.
Tinjauan Pustaka
A.Konsep
Material Ramah lingkungan Sustainable
Menurut data dari WHO (World Health Organisation),
30% bangunan gedung di Indonesia mengalami masalah kualitas udara dan ruangan.
Untuk itu perlu digunakannyan suatu konsep bangunan yang ramah lingkungan. Konsep bangunan ramah lingkungan atau Eco-Friendly Building
bangunan dapat dikatakan ramah lingkungan apabila menggunakan renewable
resurces (sumber – sumber yang dapat diperbaharui). Menurut sudarwani(2010)”Eco-Friendly
Building adalah suatu konsep untuk bangunan berkelanjutan”.
Melihat sangat besarnya
eksploitasi alam untuk material bahan bangunan, perlu dijadikan perhatian
khusus untuk tetap menjaga kelestarian alam. Salah satunya adalah dengan konsep
pembangunan berkelanjutan atau sustainable. Konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable)
menawarkan penyeimbangan antara pemeliharaan kelestarian alam dengan pemenuhan
kebutuhan manusia. Sustainable
sendiri diartikan oleh World Comission on Environment and Development tahun
1987 sebagai “pemenuhan kebutuhan sekarang tanpa merugikan generasi masa depan
untuk memenuhi kebutuhan mereka”. Konsep pembangunan sustainable ini
ditandai dengan kesetabilan dengan pembatasan perubahan yang diakibatkan.
Menurut Ponayotou (1994, hal 23)
“pembangunan berkelanjutan adalah suatu ekspresi kesepakatan dan pengakuan
bahwa pembangunan itu penting dan dari sebagai bentuk-bentuk yang memungkinkan,
hanya keberlanjutan yang diharapkan”. Tujuan dari pembangunan berkelanjutan
adalah : Meminimalkan penggunaan bahan dan energy, mencegah efek negative pada
daya dukung lingkungan dan memenuhi kebutuhan manusia. Salah satu inti dari
pembangunan berkelanjutan salah satunya dari segi penggunan bahan. Bahan yang
ramah lingkungan adalah bahan yang ketersediaannya dapat diperbaharui dan tidak
berdampak buruk pada lingkungan. Material dapat dikatakan ramah lingkungan
apabila dalam proses baik produksi, distribusi dan penggunaan tidak berdampak
buruk bagi kelestarian lingkungan. Selain itu material ramah lingkungan yang
mengunakan konsep keberlanjutan mampu menjamin keberlangsungan dalam
pemenuhannya.
B. Material Finishing
Bangunan Ramah Lingkungan Saat Ini
Menurut David (2007) “Material adalah
sebuah masukan dalam produksi seringkali berupa barang mentah yang belum
diproses, tetapi kadang kala diproses sebelum digunakan untuk proses produksi
lebih lanjut”. Pengunaan material dalam suatu bangunan memegang hal penting
terkait tujuan hemat energy dan ramah lingkungan. Material bahan bangunan ramah
lingkungan juga disebut material ekologi. Ervianto (2010) menyatakan : material
ekologis adalah yang bersumber dari alam dan tidak mengandung zat-zat yang
menggangu kesehatan, misalnya batu alam, kayu, bambu, tanah liat. Bahan
bangunan untuk finishing selain cat biasanya dianggap hijau termasuk kayu dari
hutan, bahan bangunan cepat terbaharukan seperti jerami, bambu dan material
daur ulang seperti Trass, wol domba, panel dari kertas, gabus,kayu piring
serat, Linoleum (Sudarwani ; 2010)
Pengunaan material bahan
bangunan dalam proses pelaksanaan salah satunya proses finishing. Menurut
subkiman, Anwar (2000) Finishing merupakan pekerjaan penyempurnaan bahan
yang digunakan untuk melindungi permukaan bahan utama yang digunakan dan
memperindah tampilan dengan warna, pola atau tekstur tertentu. Material
finishing adalah material yang digunakan dalam proses finishing bertujuan untuk
menambah nilai estetika atau keindahan. Contohnya cat, vernis, pelitur, melamin
dll. Salah satu material bahan finishing bangunan yang sering digunakan adalah
cat. Cat dikatakan aman dan ramah lingkungan apabila bahan pengencernya adalah
air. Selain itu mudah diencerkan serta larut dalam air. Tak hanya menjadikan
cat yang mudah kering, juga tidak menggangu kesehatan terutama penciuman dan
pernafasaan (www.tabloidrumah.com).
Bahan bagunan semakin berkembang
pesat saat ini adapun teknologi dalam memilih bahan bangunan yaitu pengunaan
bahan bangunan finishing dari material daur ulang. Hal ini terkadang masih
dibayang-bayangi dengan peningkatan energy yang dibutuhkan pada saat
pengumpulan dan pengolahan material itu kembali (scarlet; 1991, Scoot ; 1992).
Beberapa material bahan bangunan yang sering dijumpai saat ini :
BAMBU
Bambu adalah material yang
tumbuh banyak di Indonesia. Secara umum sifat bambu ringan, lentur daya tahan
sedang, cocok untuk daerah rawan gempa karena perbandingan berat dan ketahanya.
Jenis bambu di Indonesia antara lain : bambu wulung, bambu petung, bambu ori,
bambu apus. Dalam bangunan bambu yang memiliki diameter besar digunakan sebagai
pemikul beban atau tiang penyangga. Kulit bambu dibilah kemudian dianyam
(dijalin) menjadi gedeg yang sering digunakan untuk bahan finishing rumah-rumah
tradisional sebagai penutup plafon, dan dinding. Saat ini bambu sudah
dikembangkan menjadi bahan structural yang ramah lingkungan sebagai pengganti
besi. Keawetan bambu dapat ditingkatkan dengan cara pengeringan dengan menjemur
bambu untuk melepaskan kadar gula dan tepung. Selain itudapat dengan cara pengawetan direndam dalam air yang mengalir.[2]
KAYU
Kayu adalah salah satu material
bahan bangunan yang dapat diperbaharui. Penggunaan dalam bangunan sebagai
kolom, atap, dinding, lantai, dan
ornament dekoratif baik didalam maupun diluar bangunan. Selain itu rangkaian
bilah kayu dapat digunakan sebagai kerai, plafond dan furniture.
Teknologi kayu yang sudah ada yaitu penggunaan cara laminasi dengan menyusun lapisan
bilah kayu kemudian diberi lem perekat untuk dijadikan dimensi tertentu, bilah
kayu yang digunakan tidak harus kayu baru. Jenis kayu di Indonesia sangat
banyak diantaranya : kayu jati, kayu kamper, kayu kruwing, kayu meranti, kayu
kelapa, kayu mahoni, kayu akasia. Dengan didukung pemakaian kayu yang tepat dan
pengolahan yang baik kayu dapat bertahan lama. Kelemahan bahan finishing kayu
adalah mudah terbakar, mudah diserang serangga, rayap dan perusak kayu lainnya.
Beberapa cara untuk mencegah kerusakan kayu dapat dilakukan dengan pelapisan
kayu menggunakan cat, pengeringan, perendaman.[3]
SEMEN
ASBES
Semen asbes banyak digunakan
dalam bangunan karena faktor ekonomis, fleksibel, dan praktis dalam
pengerjaannya. Semen asbes dapat digunakan sebagai bahan finishing plafon,
dinding, elemen pelindung matahari, dan furniture. Semen asbes tahan
terhadap korosi dan api. Kekurangan dari bahan finishing ini adalah mudah
pecah. Semen asbes dapat dibersihkan dengan caairan sulfur. Namun, ada indikasi
serbuk –serbuk semen asbes tidak baik bagi kesehatan tubuh terutama bagi
pernafasan. Bahan – bahan yang dapat merusak semen asbes diantaranya asam
organic, minyak, lemak, tumbuh-tumbuhan, larutan garam, kondensansi air panas
terus menerus,dan air yang agresif. [3]
C. Pemilihan
Bahan Bangunan Finishing yang Ramah
Lingkungan
Pemilihan bahan bangunan adalah
faktor yang terpenting dalam mendukung konsep sustainable (berkelanjutan).
Keriteria pemilihan bangunan ini biasanya berdasarkan harga bahan tersebut
tanpa memperhatikan dampak terhadap lingkungan. Untuk memudahkan analisa ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih bahan bangunan menurut
Indira (2005) berikut faktor dan strategi dalam memilih material :
1.
Bangunan yang dapat dirancang dapat dipakai kembali dan
memperhatikan sampah/buangan pada saat pemakaian.
2.
Bahan bangunan dapat dipakai kembali.
3.
Keaslian material.
4.
Energi yang dibutuhkan.
5.
Produksi material.
6.
Efek racun dari material.
7.
Memprioritaskan material alami.
8.
Mempertimbangkan durabilitas dan umur produk.
Hasil Pembahasan
Pengunaan material ramah
lingkungan di Indonesia masih mini. Pada dasarnya masyarakat atau konsumen
lebih memilih bahan bangunan finishing yang praktis dan ketersediaannya banyak.
Selain itu segi ekonomis dan perawatan yang mudah paska pemasangan menjadi salah
satu penyebabnya. Bahan material finishing dari alam sangat baik digunakan
dalam bangunan yang terdapat didaerah beriklim tropis seperti Indonesia.
Dikarenakan sifat-sifat material alam, selain itu material ekologis juga
memiliki nilai arstiktik. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin
pesat muncul metode-metode perawatan untuk meningkatkan usia pakai suatu
material bahan bangunan yang ramah lingkungan dari alam. Metode perawatan
material bahan bangunan yang ramah lingkungan disesuaikan dengan jenis bahan
bangunan itu sendiri, missal jenis bambu dan kayu perawatan yang dapat
digunakan antara lain dengan perendaman dalam air, penjemuran dibawah terik
matahari, pengovenan dengan suhu tertentu dan pelapisan permukaan baik kayu
maupun bambu. Pelapisan material bahan finishing seperti cat, melamin,
plitur dll. Namun pada penerapannya bahan bangunan ramah lingkungan cenderung
diabaikan. Sebagai contoh rumah-rumah dikawasan perkotaaan, perumahaan, real
estate.
Seperti
data dari hasil survey yang dilakukan (uniek : 2011) “ dari seratus dua puluh
responden penghuni rumah tinggal yang tersebar dibeberapa lingkungan perumahan
atau real eatate di Surabaya dan sekitarnya, menunjukan bahwa 60% bahan
finishing penutup plafon gypsum, 20% menggunakan eternity dan 20% menggunakan
kayu,lumbersering, dan assbes. Sedangkan untuk bahan penutup atap 99% responden
menggunakan genteng beton, 80% menggunakan genteng , dan 15% menggunakan dak
beton. Dan untuk bahan finishing lantai hasil survei menunjukan 90% responden menggunakan
keramik, dan 10% mengunakan marmer,
parket, dan granit. Hasil survey untuk bahan finishing dinding hampir
100% masyarakat menggunakan cat, tidak ada yang menunjukan penggunaan material
alami”.
Data
kedua sebagai pembanding diperoleh dari hasil survei dilokasi bantaran kali
code Yogyakarta, Hasil survei menunjukan data yang berbeda terdapat 40% dari
rumah tinggal didaerah ini masih menggunakan metode tradisional. Material bahan
bangunan yang digunakan berasal dari alam seperti kayu, bambu meskipun ada
sebagian yang menggunakan beton. Pada daerah bantaran kali code masih dapat
ditemui penggunaan material finishing bangunan yang ramah lingkungan.
Penggunaan bambu yang dianyam atau jalinan bambu (gedeg) masih dapat ditemui.
Hal tampak lebih asri. Nyaman dan ramah lingkungan. Fakta menunjukan jika saat
terjadi gempa di Yogjakarta 2006, banyak bangunan dari dinding beton, batu bata
yang retak bahkan rubuh, tetapi rumah tinggal dikawasan kali code tidak
mengalami kerusakan yang berarti.
Pengunaan material ramah lingkungan yang menutamakan konsep
keberlanjutan dalam masyarakat masih terkendala dari kesadaran masyarakat itu
sendiri. Seluruh material bahan bangunan baik kayu, baja, bambu, dan semen
asbes. Masih memerlukan material finishing penutup. Penggunan bahan bangunan
dari sisi non structural seperti material finishing bangunan juga
demikian meskipun dalam penerapannya ada namun jumlahnya sangat sedikit.
Seperti dari data diatas 100% masyarakat reponden menjawab menggunakan bahan finishing
dinding cat. Penggunan cat sebagai pelapis luar juga dapat berdampak buruk
terlebih cat yang tidak ramah lingkungan. Bahan yang tidak ramah lingkungan
mengandung toxic atau bersifat karsinogenetikl pemicu kangker.
Banyak cat yang tidak ramah lingkungan yaitu dengan adanya kandungan timbale
(Pb), Merkuri, VOC ( Volatile Organic Compound) yang tinggi. Cat atau bahan
finishing permukaan yang dalam proses penggunaannya mengunakan bahan tambahann
thiner jelas meliliki toxin atau racun. Selain itu dampak buruk dari
menghirup cat yang tidak ramah lingkungan adalah seranga pusing, mual, muntah,
sesak nafas, dan mata pedih. Bahakan bahaya cat yang tidak ramah lingkungan
dapat menyebabkan keguguran pada ibu hamil.
Penting untuk memperhatikan penggunan cat yang rendah kadar VOC atau
ramah lingkungan.
Syarat produk material finishing cat ramah lingkungan dapat dilihat dari adanya hasil uji bahan yang menyatakan cat tersebut ramah lingkungan. Singapore Green Schemes adalah salah satunya. SGLS sudah diakui secara internasional. Green Label yang ada pada produk material finishing dikeluarkan Singapore Environment Council. Setiap bahan bagunan memiliki salah banyak komponen, salah satu yang pasti dipertimbangkan adalah aspek estetika atau keindahan. Material finishing cat untuk menambah keindahan selama ini menjadi pilihan. Alternatif lain untuk mengurangi pengunaan bahan bangunan cat yang tidak ramah lingkungan adalah beralih ke bahan finishing cat ramah lingkungan atau beralih kebahan lain. Bahan yang dapat menjadi alternatif untuk digunakan sebagai pengganti cat tidak ramah lingkungan adalah material kayu, dan wallpaper. Penggunaan wallparer yang berbahan dasar kertas dari kayu dapat menjamin keberadaan. Selain itu proses pengunaan tergolong praktis dan dapat disesuaikan dengan keinginan pengguna. Dari sisi lingkungan penggunaan wallpaper dalam bangunan sudah tidak asing khususnya pada daerah perkotaan masyarakat cenderung memilih wallpaper sebagai bahan finishing dinding karena dapat diperbaruhi diganti dengan yang baru sesuai dengan keinginan konsumen. Selain itu material kayu daur ulang juga dapat digunakan sebagai bahan finishing yang ramah lingkungan.
Rekomendasi
Setelah melakukan pembahasan
mengenai penggunaan material finishing bahan bangunan ramah lingkungan
terdapat beberapa rekomendasi bagi
masyarakat pengguna. Penggunaan bahan bangunan yang ramah lingkungan harus
diperhatikan lebih kusus terlebih saat perawatan. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah pemanfaatannya, penggunaan yang perlu ditinjau untuk
peruntukan agar lebih bermanfaat. Material alternatif dapat digunakan dengan
memperhatikan syarat dan ketentuan penggunaan. Seperti melakukan perawatan dan
treatment sebelelum digunakan. Hal ini tidak boleh diabaikan dikarenakan
dampaknya adalah kualitas bahan yang tidak akan sesuai. Wallpaper dapat
digunakan untuk mempercepat proses pekerjaan, selain itu material finishing
dari wallpaper ramah lingkungan, praktis dan ekonomis. Penggunaan material finishing
yang ramah lingkungan menjadi wujud peran serta kita dalam menjaga
keberlangsungan kehidupan bagi anak cucu kita.
Kesimpulan
Konsep Eco – Friendly Building mencangkup pereancanagan, pelaksanaan dan
penggunaan. Hal ini menjadi upaya untuk menjaga penggunaan material bangunan yang tepat dapat dilakukan untuk menghemat
sumber daya alam yang dipakai. Dampak positif bagi dunia konstruksi untuk
mendukung kelestarian lingkungan. Penggunaan material yang tidak ramah
lingkungan dan tidak memperhatikan keberlanjutan dapat berdampak buruk bagi
manusia. Hal ini harus dibatasi dan diminimalisasikan agar dampak buruk dari
penggunaan material bangunan yang tidak ramah lingkungan dengan konsep
pembangunan berkelanjutan. Konsep
pembangunan berkelanjutan (sustainable) menawarkan penyeimbangan antara
pemeliharaan kelestarian alam dengan pemenuhan kebutuhan manusia sehingga
kekayaan alam dan kelestarian lingkungan dapat dijaga.
Kemajuan teknologi seperti
sekarang ini menjadikan bahan bangunan local atau tradisional memiliki potensi
untuk dikembangkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sejauh bahan baku
yang digunakan tidak merusak alam penggunaan teknologi justru dapat medukung
kelangsungan pemanfaatan bahan bangunan itu sendiri. Sampai saat ini, Terdapat
banyak teknologi yang telah dikembangkan untuk menciptakan material baru yang
ramah lingkungan, Namun, Penggunaan material finishing dalam bangunan yang
ramah lingkungan masih minim. Hal ini disebabkan adanya persepsi masyarakat
bahwa ekonomis dan praktis adalah hal yang terpenting dalam pengunaan material
bahan finishing bangunan. Selain itu bahan bangunan local dinilai masih
memiliki kekurangan dari segi keawetan.
Daftar Pustaka
[1]. Siagina., Bahan Bangunan yang Ramah Lingkungan
(salah satu aspek penting dalam konsep Sustainable Development), Jurnal, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara, 2005.
[2]. Sukawi., Pemberdayaan Bambu sebagai Bangunan
Perumahan yang Ekologis, Jurnal ilmiah Eprint, Universitas Diponegoro, Semarang, 2008.
[3]. Uniek, Studi tentang Kecenduerungan Pemilihan
Bahan Bangunan untuk Beberapa Rumah Tinggal di Surabaya. Dalam Mata Kuliah Teknologi
Bahan Bangunan, Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2011
Dianita, Sucipto, dkk. (2010). Analisa Pemilihan
Material Bangunan dalam Mewujudkan Green Building studi kasus gedung kantor
perwakilan bank Indonesia Solo). Jurnal, Universitas Sebelas Maret.
Semarang.
Fransisca (2013). Implementasi Green Desing dengan
konsep Nature pada Perancangan Interior Green Product Center di Surabaya.
Jurnal . Universitas Kristen Petra.
Surabaya.
Pearce, Anne (1998). Sustainable Building Materia A
Primer, Georgia Tech Research Institute.
Sudarwani (2010). Penerapan Green Architecture dan
Green Building Sebagai Upaya Pencapaian Sustainable Architecture. Jurnal . Universitas Kristen Petra. Surabaya.
Wardhono, Uniek (2011). Fenomena Pemilihan Bahan
Bangunan Pada Hunia Di Surabaya dan Permukiman di Kali Code. Jurnal
Arsitektur KOMPOSISI. Universitas 17 Agustus Surabaya. Surabaya.
Tabloid Rumah (25/12/2009). Mau Aman Pilih Cat Ramah
Lingkungan.. dipeoleh 06 Juli 2015 dari http://www.tabloidrumah.com/2014/05/28/mau-aman-pilihlah-cat-ramah-lingkungan/
Bintang
Home (04/04/2012). Tren Material Bahan Bangunan Ramah Lingkungan.
dipeoleh 07 Juli 2015 dari http://www.bintanghome.com/rubrik-utama/tematik/987-tren-material-bahan-bangunan-ramah-lingkungan.html
Kasihan kamu, tidak terawat...
ReplyDeletemajikanmu sedang sibuk dengan anak asuhnya yg sebelah ==> http://faisal-faris.blogspot.co.id
Baja juga termasuk bahan finishing yang bisa di daur ulang kembali
ReplyDelete