Skip to main content

APRESIASI DESAIN KARYA ARSITEKTUR ”JHL SOLITAIRE HOTEL Serpong Tangerang”

APRESIASI DESAIN KARYA ARSITEKTUR ”JHL SOLITAIRE HOTEL Serpong Tangerang”

Oleh Moh.Faisal Faris.Magister Arsitektur - Universitas Merdeka Malang



A. Pendahuluan
Setiap desainer dalam membuat sebuah karya tidak terlepas dari tujuan dan pesan yang ingin disampaikan, baik kepada pengguna atau bahkan penikmat sebuah karya. Tidak terkecuali sebuah hasil karya arsitektur. Apresiasi karya arsitektur merupakan upaya memberikan penghargaan terhadap objek yang dilakukan pengamatan baik sebagian atau menyeluruh. Arsitektur sebagai sebuah sajian bangunan yang dapat menghasilkan kesan dan suasana dapat diapresiasi dengan menggunakan alat indra dari seorang apresiator. Penggunaan alat indra sebagai salah satu media dalam memberikan nilai atau apresiasi tidak dipungkiri memiliki keterbatasan dan subjektifitas yang berbeda-beda satu sama lain. Sehingga perlu adanya alat bantu dalam upaya memberikan apresiasi yang sesuai dan menggambarkan yang mewakili kondisi sebenarnya.
Subjektifitas hasil apresiasi juga bisa disebabkan dengan adanya latar belakang dan perbedaan wawasan sang apresiator. Selain wawasan, pengalaman juga menjadi latar belakang lain yang menjadikan hasil apresiasi bersifat subjektif.
Lantas bagaimanakah sebuah karya arsitektur dapat dikatakan baik?. Vitruvius dalam bukunya “10 Books On Architekture” berpendapat bahwa arsitektur yang baik harus memenuhi 3 syarat yaitu: Firmitas (Soliditas/ketahanan), Utilitas (Fungsi) dan Venustas (Keindahan). Dalam upaya memberikan apresiasi terkait hasil karya arsitektur tidak terlepas dari 3 aspek utama tersebut.
Aspek yang pertama adalah Utilitas atau Fungsi. Sebuah karya arsitektur adalah jawaban dari permasalahan yang ingin diselesaikan sang arsitek. Hasil karya arsitektur mutlak harus mampu menjawab kebutuhan dari klien, atau dengan kata lain hasil karya arsitektur harus dapat berfungsi sebagaimana mestinya sesuai kebutuhan pengguna.
Berikutnya, suatu hasil karya arsitektur harus memiliki nilai Firmitas atau Soliditas. Yaitu hasil karya arsitektur harus mampu memberikan ketahanan dan keamanan bangunan ketika sudah difungsikan. Firmitas dalam bangunan dapat dilihat dari upaya pemilihan desain sistim struktur bangunan dan penggunan material yang diterapkan dalam bangunan.
Hal yang perlu dipenuhi setelah aspek Frimitas dan Utilitas dalam sebuah karya arsitektur adalah Venustas atau keindahan. Aspek keindahan inilah yang menjadikan sebuah karya arsitektur dapat diapresiasi secara subjektif. Keindahan dalam karya arsitektur dapat diwakili dengan apresiasi akan bentuk bangunan, peletakan bangunan, warna yang digunakan, kesatuan bangunan, keseimbangan bangunan, irama, skala, tekstur, dan pencahayaan.

B. Objek Yang Diapresiasi
Objek yang dipilih untuk dilakukan apresiasi adalah bangunan JHL Solitaire Hotel atau juga dikenal D Varee Solitaire. JHL Solitaire Hotel adalah sebuah bangunan yang terletak dikawasan Jalan Scienta Boulevard blok S no 5 Gading Serpong, Tanggerang. Bangunan JHL berfungsi sebagai hotel dengan fasilitas penunjang yang terbilang lengkap.


JHL Solitaire Hotel memiliki kapasitas 141 unit kamar yang tersebar kedalam 15 lantai. Luas tapak bangunan sekitar ± 4.886 m² sedangkan luas area bangunan keseluruhan sekitar ± 27.151 m² . Tinggi bangunan 60 meter. Bangunan JHL Solitaire Hotel melibatkan banyak pihak mulai M. Archica Danisworo Design director dari konsultan arsitektur yaitu PT. Pandega Desain Weharima (PDW Architects). Bangunan JHL Solitaire Hotel meliputi Konsultan desain interior PT. Arsita, Konsultan mekanikal dan elektrikal PT.Policipta Multi Desain, Konsultan Sipil dan Struktur bangunan melibatkan PT. Rematha daksa optima dan Konsultan pengawas PT. Reynolds Partnership.

Bagian bangunan JHL terdiri dari kamar 141 dengan beberapa kelas. Selain kamar JHL Hotel juga dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti, 5 buah restoran dengan berbagai jenis, bar, kolam renag, Gym, Spa, 7 buah ruang meeting dan Sky Ballrom. Salah satu fasilitas kamar hotel yang ditawarkan adalah akses pemandangan View perkotaan dengan full kaca.
Sky ballroom terletak di lantai 15 dengan menggunakan teknologi audio visual modern, serta floor-ceiling-windows guna mendapatkan sorot cahaya matahari ke dalam ballroom. Sky Ballroom dapat menanpung sekitar 80 orang dengan fasilitas utama yaitu 180 derajat pemandangan kota.

JHL Hotel juga menyediakan fasilitas kolam renang dengan view pemandangan kota yang terletak pada bagian atas bangunan.


C. Apresiasi Karya Arsitektur
Karya arsitektur bangunan JHL Solitaire serpong diapresiasi terkait dengan aspek keindahan. Menurut K.Kuypers dalam Utomo (2006:9) Aspek keindahan dalam konteks arsitektur meliputi perinsip-perinsip dasar yaitu: 1) Unsur keutuhan (unity), 2) unsur penonjolan (dominance), dan 3) unsur keseimbangan (balance).
Vitruvius dalam bukunya “10 Books On Architekture” berpendapat bahwa arsitektur yang baik harus memenuhi 3 syarat yaitu: Firmitas (Soliditas/ketahanan), Utilitas (Fungsi) dan Venustas (Keindahan). Penerapan aspek keindahan dan hubungan dengan aspek struktur bangunan serta hubungan dengan nilai ketahana merupakan hal mendasar yang wajib dipenuhi dalam perancangan sebuah bangunan.
Bangunan JHL Solitare Hotel yang menjadi objek untuk dilakukan analisa, sebagai hasil karya arsitektur ditunjau dari 2 elemen pokok yaitu Peruntukan fungsi bangunan sebagai hotel dan aspek keindahan bangunan.
1.     Bentuk Bangunan
Bentuk merupakan visualisasi antar bidang yang tersusun membentuk ruang. Ekspresi bentuk menurut smithies dalam (nurmaningtyas:2010) merupakan apa yang dilihat indra berdasarkan pengaruh atau pengalam sebelumya.
Konsep bangunan JHL Solitaire Hotel mengadopsi konsep bentuk dari ovodial atau bulat telor yang diletakan pada perletakan dengan bentuk kubus. Secara bentuk bangunan ini menggunakan konsep metafora dari bentuk ovodial yang menggambarkan bentuk batu permata dan kubus sebagai perletakannya. Metaforra dalam arsitektur adalah kiasan atau ungkapan bentuk, diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari orang yang memakai dan penikmat. Hal ini tampak berhasil diterapkan dalam bangunan JHL Solitaire Hotel, secara keseluruan metafora bentuk dapat dilihat dari pengamatan luar bangunan.

Selain itu bentuk bangunan ini juga menunjukan kontras yang tegas antara bangunan ovodial dengan kesan menonjol dan kubus yang bersifat netral. Sehingga menjadi satu kesatuan bentuk baru yang bersifat unik.

  1. Peletakan Bangunan
Peletakan masa bangunan JHL Solitaire Hotel tampak diletakan tepat ditengah bangunan gedung perkantoran dan dikelilingi dengan bangunan berbentuk kubus. Layout bangunan berada mengadap sisi selatan dengan batas depan jalan Scientia Boulevard dan sebelah timur berbatasan dengan jalan gading serpong boulevard. Letak bangunan berada di tepi perempatan jalan besar dengan akses yang strategis. Sehingga secara perletakan bangunan mendukung fungsi bangunan sebagai sarana perhotelan dan bisnis.

Peletakan masa bangunan JHL Solitaire Hotel yang berda disudut jalan besar sehingga dapat dinikmati dari  tiga penjuru arah, yaitu Jl. Scientia Boulevard sisi selatan, Jl Gading Serpong Boulevard sisi selatan dan Jl. Paramount Bolevard sisi timur. Sehingga  dalam hal itu perletakan bangunan seolah menjadi landmark daerah serpong, yang mengantarkan para pengguna jalan menuju pusat perhatian bangunan gedung JHL.
Bangunan dapat dikatakan telah berhasil menjadi landmark kota apabila bersifat tetap atau tidak berpindah-pindah, baik bentuk ataupun ukuran. Landmark adalah objek yang sengaja diciptakan atau dibuat, bersifat monumental sebagai penanda yang dilihat dari elemen eksternal yang merupakan bentuk visual yang menonjol dari kota (Markus Zaid, 2006). Sehingga dari pengertian ini objek gedung JHL dapat dikatakan sukses sebagai landmark daerah serpong ditinjau dari perletakan bangunannya.

  1. Kesatuan Bangunan
Salah satu ciri khas rancangan yang baik adalah mempunyai prinsip kesatuan, yang harus menghubungkan beberapa unsur prinsip perancangan secara menyeluruh dan menjadi satu kesatuan yang utuh.

Kesatuan dalam bangunan JHL ini tampak dari kesan garis yang menciptakan kesatuan elemen bangunan, yaitu bagian kubus sebagai perletakan dari bagian ovodial yang menjadi titik focus perhatian. Kedua bagian ini menjadi sebuah elemen yang memiliki keterkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Bagian ovodial akan tampak aneh apabila tidak ada bagian kubus dibawahnya. Begitupun sebaliknya, bagian kubus akan tampak biasa-biasa saja apabila tanpa adanya bagian ovodial diatasnya. Sehingga kesatuan dari karya arsitektur bangunan JHL Soliterie Hotel ini memiliki nilai kesatuan bangunan yang tinggi.


Garis-garis pada bagian ovodial bangunan JHL juga menciptakan bagian yang utuh, dengan kesan menjadi ekspresi fasad bangunan yang diterjemahkan melalui garis tegas hasil penggabungan garis horizontal, garis vertical, dan garis diagonal. Selain itu garis-garis tersebut akan memperkuat bentuk tower yang berupa satu kesatuan ovoidal. Disisi lain juga berfungsi sebgai secondary structure dengan platform baja yang mengelilingi fasad bangunan.
















Platform baja yang mengelilingi bangunan JHL Solitaire hotel ini selain sebagai elemen arsitektur untuk memenuhi nilai keindahan, juga sebagai elemen struktur. Fungsi lain dari platform baja ini adalah merupakan jalur maintenance bagunan gedung untuk membersihkan kaca, menjaga elemen luar bangunan sehingga dalam perawatan tidak lagi memerlukan gondola sebagai alat bantu.
  1. Keseimbaangan
Keseimbangan atau Balance dalam desain berarti perasaan persamaan berat, perhatian atau daya tarik dari berbagai elemen dalam komposisi sebagai sarana untuk mencapai kesatuan penyamaan tekanan visual suatu komposisi antara unsur-unsur yang ada. Ukuran warna, dan jumlah unsur biasanya merupakan pertimbangan utama dalam menciptakan keseimbangan.
Suatu susunan yang tidak seimbang akan menimbulkan konflik atau pertentangan terutama dari sudut visual keseimbangan akan mewujudkan suatu kesan keselarasan yang disebut keseimbangan visual.  Dalam hal keseimbangan bisa terjadi bila adanya poros yang memberikan kesan seimbang terhadap Beberapa elemen lanskap. Bentuk keseimbangan, antara lain keseimbangan horizontal, jangan vertikal, seimbangan Radial.

Pada bangunan JHL Solitaire Hotel menggunakan perinsip keseimbangan pada sumbu vertical dengan perinsip keseimbangan statis. Dimana keseimbangan yang terjadi adalah hasil dari keseimbangan formal dan simetris baik ukuran berat dan bentuk. Keseimbangan juga selain diciptakan berat dan besarnya namun juga dapat diciptakan dari kesan yang muncul akibat pola garis horizontal, garis vertical dan garis diagonal. Selain dari kesan garis keseimbangan juga dapat tercipta dari warna gela dan terang, tekstur kasar dan halus, juga pembagian ruang.

  1. Irama Bangunan
Irama dalam perancangan diciptakan dengan penempatan pola-pola melali pengulangan unsur-unsur pada elemen bangunan. Pengulangan dapat dibentuk berdasarkan cara penataan letak dan jarak yang berbeda-beda dari masing-masing elemen. Irama pada bagian bangunan JHL Solitaire Hotel dominan tampak pada bagian interior bangunan.
Pada bagian interior elemen dinding dan plafon pada area lorong menerapkan garis lengkung yang tersusun berulang sehingga memberikan kesan irama yang dinamis. Disisi lanin dapat memberikan pengalaman perjalanan berbeda disaat menuju kamar. Sehingga diharapkan pengunjung terbebas dari kesan monoton, dan menghilangkan rasa bosan. Selain itu garis lengkung dengan pengulangan pada bagian loby hingga tembus menjadi void memiliki irama yang beralun seperti sedang menari dan terbebas dari kesan kaku. Tampak dari visual interior didesain sangat prima dengan mempertimbangkan kenyamanan, keindahan dan tanpa melupakan peruntukan fungsi bangunan.

  1. Tekstur dan Warna

Element desain yang diapresiasi dari bangunan JHL Solitaire Hotel berikutnya adalah tekstur. Tampak pada elemen interior hotel menggunakan material pilihan dengan pertimbangan tekstur material yang digunakan untuk memberikan kesan yang berbeda-beda. Elemen lantai bertekstur sehingga memberikan kesan yang eksklusif.

Selain tekstur komponen desain yang tidak terlepas adalah penerapan warna sebagai salah satu elemen desain. Penerapan warna pada elemen interior dan eksterior secara keseluruhan mendukung kesan yang diharapkan yaitu eksklusif.



  1. Skala Bangunan

Skala dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang dengan suatu elemen tertentu yang ukurannya sesuai dengan manusia. Pada interior bangunan keseluruhan menggunakan skala manusia namun apabila ditinjau dari fasad bangunan luar tampak menjulang tinggi dengan pendekatan skala monumental.
  1. Apresiasi Bangunan Berdasarkan Penerapan Teknologi
Pada bangunan JHL Solitaire hotel selain mengutamakan aspek keindahan guna mendukung konsep bangunan sebagai landmark kota, tidak terlepas peran desain bangunan dan penerpan teknologi didalamnya. Seperti pemanfaatan pencahayaan alami pada bagian bangunan ovodial gedung yang menggunakan fullblock kaca sehingga sinar matahari dapat masuk kedalam ruangan kamar hotel. Hal ini adalah salah satu upaya penghematan listrik. Disisi desain penggunann kaca blok pada bagian ovodial diharapkan mampu memberikan pengalaman berbeda pada penghuni ruangan sehingga dapat menikmati view pemandangan perkotaan dari ketinggian.

D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan apresiasi karya arsitektur pada objek bangunan ”JHL SOLITAIRE HOTEL Serpong Tangerangditinjau dari aspek Utilitas (Fungsi) bangunan sebagai hotel dapat disimpukan sesuai dengan fungsi bangunan yang direncanakan. Dari segi aspek Venustas (Keindahan) dengan beberapa komponen yang dilakukan apresiasi bangunan ini dapat menjawab keinginan pemiliknya, yaitu sebagai bangunan yang dapat bernilai prestis dan menjadi landmark kota.

E. Daftar Pustaka
Utomo, Prastyo. 2006. Estetika Arsitektur dalam Prespektif Teknologi dan Seni. Fakultas Seni Rupa dad Desain. ISI Surakarta. Solo.
Surasetja, Irawan. 2007. Fungsi, Ruang, Bentuk dan Ekspresi dalam Arsitektur. Bahan Ajar MK.Teknik Bangunan. FTKP. UPI.
Parliana, Dewi. 2010. Adaptasi Bentuk dan Fungsi Pragmatis Pada Hunian Kampung. Jurnal. Teknik Arsitektur. ITN.
Aritag.com.  2016. Arsitektur Yang Baik Belajar dari Virtuvius. (Online) https://www.arsitag.com/blog/arsitektur-yang-baik-belajar-dari-vitruvius/                        (Diakses: 6 Januari 2019).
Bantenlink.com. 2018. Ada Hotel Cincin Permata di Banten. (Online) https://www.bantenlink.com/read/11747/ada-hotel-cincin-permata-di-banten-ini-kemewahan-dan-keunikannya.html (Diakses: 10 januari 2019).
Constructionplusasia.com. 2018. JHL Solitaire Hotel. (online). http://www.constructionplusasia.com/id/jhl-solitaire-hotel/ (Diakses: 20 Desember 2018).
Iplibi.or.id. 2014. Kajian tentang Apresiasi Arsitektur. (Online) https://iplbi.or.id/kajian-tentang-apresiasi-arsitektur/ (Diakses: 4 Januari 2019).
m.medcom.id. 2018. Pecahan Permata Raksasa di Gading Serpong. (Online) https://m.medcom.id/properti/news-properti/1bVVVLWb-pecahan-permata-raksasa-di-gading-serpong (Diakses: 6 Januari 2019).
m.metrotvnews.com. 2018. JHL Sholitaire  Gading Serpong Pecahkan Rekor Muri. (Online) http://m.metrotvnews.com/welcome-page/peristiwa/GKdwwn0k-jhl-solitaire-gading-serpong-pecahkan-rekor-muri (Diakses: 4 Januari 2019).
Palapanews.com. 2018. Treatment mewah ala JHL Solitaere Serpong. (Online) https://palapanews.com/2018/12/03/treatment-mewah-ala-jhl-solitaire-serpong/ (Diakses: 10 januari 2019).
Tribunnews.com. 2018. JHL Sholitaire  Gading Serpong Hotel Bintang Lima Pertama di Banten. (Online) http://wartakota.tribunnews.com/2018/11/28/jhl-solitaire-gading-serpong-hotel-bintang-lima-pertama-di-kawasan-banten (Diakses: 6 Januari 2019).
Venuemagz.com. 2018. JHL Sholitaire  Gading Serpong Permata Mewah. (Online) https://venuemagz.com/hotel/jhl-solitaire-gading-serpong-permata-mewah-di-banten/ (Diakses: 4 Januari 2019).
Wordpress.com. 2010. Fungsi Ruang Bentuk dan Ekspresi dalam Arsitektur. (Online) https://othisarch07.wordpress.com/2010/02/05/fungsi-ruangbentuk-dan-ekspresi-dalam-arsitektur/ (Diakses: 20 Desember 2018).
Wordpress.com. 2016. Seputar Arsitektur Landmark. (Online) https://bondanprihastomo.wordpress.com/seputar-arsitektur-interior/landmark-vista-dan-focal-point/ (Diakses: 8 Januari 2019).

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

”Kenyamanan Termal Ruang Terbuka Hijau Di Kota Malang” Studi Kasus Taman Merjosari

JEMBATAN JARIK LURIK (Jembatan Awet Ringan Kokoh Laminasi Bambu Ori Kekang)

JEMBATAN JARIK LURIK (Jembatan Awet Ringan Kokoh Laminasi Bambu Ori Kekang) Moh.F a isal Fa ris 1 , Azwar Pahmi 2 , Arswendy Primadianto 3 , Yogie Ervanata 4 dan Dody Surya Laksana 5 1,2,3,4,5 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri Malang, Jl.Semarang 5 Malang ABSTRAK Jembatan adalah suatu konstruksi yang dibuat untuk menghubungkan jalur transportasi yang terputus akibat adanya suatu rintangan. Salah satu jenis jembatan adalah jembatan beton. Jembatan Jarik Lurik adalah jembatan beton  ringan untuk pejalan kaki. Tipe Deck type girder jembatan gelagar dengan pelat lantai diletakkan diatas gelagar sebagai konstruksi utama . Jembatan Jarik Lurik juga ramah lingkungan dengan bahan tambahan busa klerak, tulangan laminasi bambu ori dan desain yang berwawasan budaya nasional. Pengekang pada balok gelagar area jalur tekan (confaimen) yaitu model perlakuan kusus untuk beton dengan fc yang rendah. Penambahan pengekan dapat merubah pola keruntuhan pada balok gelagar....